Pasir Putih Raafi

Minggu, 14 Desember 2008

Sekelumit emosi

Masuk ke kehidupan yang kelam membuat kehilangan dari kepribadian dan kesadaran.
Kemana harapan pergi, disitulah kebodohan lainnya timbul. Mengapa ini? Apakah ini?

Assalamu'alaikum
Kali ini aku adalah sesosok jin yang terbang bebas di angkasa.
Menatap orang orang yang berbincang bincang tanpa otak di bawah sana.
Bodoh menurutku.
Lalu sang jin diserang berbagai pemikiran atas pemikirannya sendiri.
Apakah esensi bodoh yang ku katakan? Apakah aku tahu apa itu bodoh?

Tetapi sang jin tetaplah bebal.
Aku mengetahui lebih daripada orang-orang ini. Dan yang kutahu mereka bodoh.
Ya, itulah kesombongan semata sang jin yang merasa mengetahui segala sesuatu.
Sekarang untuk apakah aku membicarakan ini? Terlihat tak berguna.
Ya, sangat tak berguna.

Pergilah si jin itu sejauh mungkin dari sekelompok manusia itu.
Terserang malu kah? mungkin tidak..
Tersadarkah? mungkin tidak..

Sedikit dari perjalananku di kehidupan dunia ku sendiri..
Wassalamu'alaikum

Rabu, 10 Desember 2008

Terbutakan

Dari sebuah kesombongan tidak ditemukan sebutir permata yang begitu berkilau dihadapannya. Kesombongan itu membutakannya. Dia bahkan tidak berpikir ketika semua orang seperti dirinya, maka hilanglah sudah makna akan keberadaan dan potensi.

Assalamu'alaikum
Aku adalah seekor merak yang indah nan gagah. Makhluk di hutan menghormatiku, mengapa?
Selain karena keindahanku, aku juga adalah pemimpin hutan ini.

Suatu hari, beberapa burung elang kecil yang kelaparan singgah ke kediamanku.
mereka meminta bimbingan padaku.

"Ya tuan burung merak yang indah, apakah engkau tahu dimanakah kami dapat hidup
sebagaimana layaknya?" tanya salah satu burung elang kecil.

"Tentu aku tahu, aku telah hidup lebih lama dari kalian, ilmu yang kumiliki telah
melingkupi seluruh kawasan hutan ini. Aku menguasainya dan segala tetek bengeknya."
jawab sang merak.

"Oh, tuan merpati yang gagah perkasa, berikanlah kami setitik ilmu itu agar kami terselamatkan."
pinta burung elang kecil yang lain.

"Kalian terlalu belia, takkan sanggup menerima beban ini." jawabnya angkuh
"Kami sanggup tuan." para elang belia itu memohon
Namun sang merpati berkehendak lain. Dia terbutakan oleh kehidupannya yang lama dan
berjaya sehingga tak dapat melihat mereka yang berada di depannya.
Ia menggeleng dan elang kecil itupun meninggalkan kediaman mewah itu dengan lesu.
Namun Tuhan tak melupakan mereka, karena begitu ditolak oleh sang merpati mereka
bertemu dengan ayam hutan yang bijaksana dan bersedia membimbing para elang itu.

Beberapa saat kemudian, manusia menebangi hutan tempat sang merak tinggal, hewan hewan
melarikan diri begitu pula si merak.
Namun naas, dia tak dapat menyelamatkan diri dan tertangkap oleh manusia untuk
dirampas keindahannya. Ketika setengah sadar, merak tersebut melihat kawanan
burung burung yang bermigrasi dari hutan tersebut.
mereka dipimpin oleh beberapa burung elang yang gagah perkasa dan membelah langit
layaknya membuka jalur bagi burung lain agar dapat menyelamatkan diri.

"Aku kenal mereka, dan aku adalah merugi karenanya"
"Seandainya kusambut dan kupeluk mereka dengan hangat"
"Seandainya..."
Berandai andai pun tak lagi berguna, karena telah terlambat sudah.
Kehidupan berjalan tanpa peduli akan si merak dan keindahannya.


Itulah, sedikit dari perjalanan titik pasir yang menghadapi hari di dalam dunianya sendiri.
Wassalamualaikum

Pasir Putih Raafi

Assalamu'alaikum WR. WB.
Pasir Putih, merupakan kata yang saya sukai, berasal dari kata padang pasir putih. Mengapa harus padang pasir? Mengapa tidak hal lain? Masih banyak bukan hal yang lebih baik dibanding pasir?
Jawabannya adalah karena menurut saya, pasir adalah hal yang sangat menakjubkan. Setitik pasir yang tidak berarti terhampar padang pasir yang luas. Tidak berada, tidak dipedulikan. Apakah ya? Tidak menurut saya. Titik-titik pasir itu, merupakan analogi dari ilmu yang tersebar di jagat raya ini, yang akan terus dicari oleh seluruh makhluk yang pernah ada di alam ini hingga akhir zaman. Semua makhluk hidup? Ya, bahkan binatang sekalipun menunjukkan ilmu yang mereka dapat melalui proses evolusi. Lalu mengapa harus pasir? Mengapa tidak bintang di langit? mengapa tidak jumlah titik hujan yang turun ke bumi? Itulah pertanyaan. Selalu muncul bahkan ketika jawabannya pun tidak dapat ditemukan.
Lalu mengapa pasir tersebut harus putih? Tak lain adalah karena ketertarikan saya terhadap warna putih. Warna yang sederhana, namun dapat berbaur dengan mudah. Ketika seseorang berpakaian putih dari atas ke bawah termasuk rambutnya, kadang saya berpikir betapa gagahnya orang tersebut. Warna yang melambangkan kesucian. Warna yang hebat menurut saya. Saya tidak dapat menjelaskan ketertarikan saya terhadap warna tersebut. Karena sekali lagi itulah pertanyaan yang kadang muncul disaat jawabannya tidak ditemukan.
Lalu apa makna Pasir Putih Raafi? Raafi sendiri adalah nama yang diambil dari nama saya, Rafie. Saya menganggap Pasir Putih Raafi sebagai dunia yang sedang saya jelajahi saat ini dan secara perlahan, menunjukkan rahasia rahasianya kepada saya. Berkelebatan di depan saya yang kadang saya tidak sempat menyadarinya. Memberi warna di setiap detiknya. Itulah arti abstrak dari Pasir Putih Raafi yang mungkin sekali lagi akan menimbulkan pertanyaan tanpa jawaban.
Itulah sedikit pembuka dari seseorang yang menjelajah dunia buatannya sendiri. Entah se-abstrak apa hal yang akan dipaparkan dalam perjalanannya dalam dunianya sendiri.
Wassalamu'alaikum WR. WB.

Titik Titik Pasir Lainnya..

Perjalanan dan Rahasia yang mengungkapkan diri..

Tentang Titik Pasir Yang Hidup di Dunia Sendiri ini..

Foto saya
Setitik Pasir yang ada dan melihat untuk menjadi yang lebih baik dan memberi makna kepada alam luas yang tidak toleran kepadanya yang kecil dan tak berarti.